Penolakan Pengungsi Muslim Rohingya di Aceh Menjadi Sorotan Media Arab: Awalnya Terima, Kini Nolak

(Foto oleh SH Saw Myint dari Unsplash)

Rohingya adalah kelompok etnis Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di barat Myanmar. Mereka merupakan kelompok minoritas di Myanmar dan telah menghadapi sejumlah tantangan, termasuk diskriminasi dan konflik etnis-religius.

Beberapa poin penting terkait dengan Rohingya:

1.  Kewarganegaraan dan Identitas : Rohingya tidak diakui sebagai kelompok etnis resmi di Myanmar dan telah dianggap sebagai "Bengali" oleh pemerintah Myanmar, menyiratkan bahwa mereka dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun banyak di antara mereka telah tinggal di wilayah tersebut selama berabad-abad.

2.  Konflik dan Penganiayaan : Rohingya telah mengalami penganiayaan dan konflik di Myanmar. Pada tahun 2017, serangan militer Myanmar terhadap kelompok ini menyebabkan ratusan ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dalam apa yang diakui sebagai krisis pengungsi terbesar di dunia.

3.  Pengungsi Rohingya di Bangladesh : Banyak Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar mencari perlindungan di Bangladesh. Mereka tinggal di kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak, dan kondisi hidup mereka seringkali sulit.

4.  Isu Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia : Komunitas internasional, termasuk organisasi hak asasi manusia dan lembaga kemanusiaan, telah mengutuk penganiayaan terhadap Rohingya dan menyerukan tindakan untuk melindungi hak-hak mereka dan menyelesaikan konflik di Myanmar.

5.  Status Pengungsi dan Pemulihan : Banyak Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh berjuang dengan kondisi hidup yang sulit, termasuk kurangnya akses terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan. Upaya internasional terus dilakukan untuk memberikan bantuan dan membantu dalam pemulihan komunitas Rohingya.

Pertanyaan seputar Rohingya sering kali terkait dengan isu-isu hak asasi manusia, konflik etnis-religius, dan status kewarganegaraan di Myanmar. Isu ini tetap menjadi fokus perhatian global dalam upaya untuk mencari solusi dan meningkatkan kondisi hidup Rohingya.

Penolakan masyarakat Aceh terhadap kedatangan pengungsi muslim Rohingya mendapat sorotan dari media-media internasional.

Kantor berita yang berbasis jazira Arab - Qatar, Al Jazeera misalnya, melaporkan bahwa masyarakat Aceh sebelumnya menerima pengungsi Rohingya ini dengan penuh kehangatan.

Namun ketika gelombang kedatangan terjadi pada pertengahan November 2023, masyarakat Aceh mulai menyuarakan penolakan.


“Masyarakat Aceh di Indonesia sebelumnya menerima pengungsi, ketegangan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kedatangan,” laporan Al Jazeera yang diposting pada Minggu (10/12/2023).

Diketahui, sebanyak 315 orang lebih tiba dalam dua gelombang pada Minggu (10/12/2023) di Aceh.


Satu kapal berisi 135 muslim Rohingya mendarat di kawasan Pantai Kreung Raya, Aceh Besar

Sementara kapal lainnya mendarat di pantai Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Pidie dengan jumlah 180 orang.

Kedatangan ini menambah rentetan jumlah kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh sejak November 2023.

Jika ditotalkan, sudah ada 8 gelombang kedatangan pengungsi Rohingya sejak pertengahan November 2023 di Aceh, dengan jumlah hampir mencapai 2000 pengungsi.

 

“Kami hanya ingin mencari tempat yang aman,” kata seorang pengungsi kepada Al Jazeera di tempat penampungan sementara di bibir pantai.

“Kami tahu kami mungkin mati di laut, tapi akhirnya kami selamat. Hanya itu yang kami inginkan untuk anak-anak kami,” katanya lagi.


Media itu juga menulis sub judul ‘Pantai yang tidak ramah’ dalam pemberitaan tersebut.

Dalam laporannya, dikatakan bahwa penduduk di Aceh tidak akan menyediakan dana, perbekalan, atau perlindungan bagi pengungsi Rohingya yang datang.

 

Sumber : TribunNews

Next Post Previous Post