7 Contoh Deskripsi Keadaan Ekonomi KIP Kuliah 2024 Agar Lolos Seleksi

(Foto halaman website dari lldikti8.kemdikbud.go.id/kip-kuliah)

Simak contoh deskripsi keadaan ekonomi KIP kuliah 2024 agar lolos seleksi berikut ini.

Deskripsi keadaan ekonomi merupakan rangkuman dan cerita (story telling) mengenai kondisi sebenarnya keluarga secara detail dan selain yang telah diisikan pada data-data lainnya.

Tujuan dari deskripsi keadaan ekonomi KIP ini yaitu untuk melihat seberapa tidak mampu keluarga pelamar KIP ini apakah layak untuk diberi bantuan.

Proses pendaftaran KIP kuliah atau KIP-K bisa dilakukan khususnya oleh peserta Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

1. Orang Tua Meninggal Dunia

Ayah saya meninggal dunia sedangkan ibu saya bekerja sebagai buruh harian lepas pabrik dan tulung punggung keluarga satu-satunya.

Gaji yang diperoleh ibu saya di bawah UMR kabupaten domisili tempat saya tinggal. Segala kebutuhan keluarga ditanggung oleh ibu sehingga untuk memenuhi kebutuhan sekolah saya dan adik-adik saya sangat kurang dan pas-pasan.

Meskipun demikian, keluarga saya tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti PKH/KIS/KKS.

Oleh sebab itu, saya melampirkan dokumen pendukung berupa Surat Keterangan Tidak Mampu dari pemerintah desa domisili saya untuk melengkapi dokumen KIP Kuliah.”

2. Orang Tua Pekerja Lepas

"Nama saya ............. berusia ....... tahun. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Ayah saya bernama ....... berusia 56 tahun. Saat ini ayah bekerja sebagai pekerja lepas di kebun milik tetangga sehingga penghasilannya tidak menentu.

Sementara ibu saya tidak bekerja karena memiliki penyakit yang tidak memungkinkan bekerja berat. Seluruh kebutuhan keluarga saat ini dipenuhi oleh penghasilan ayah termasuk biaya sekolah adik-adik saya.

Oleh karena itu, saya mengajukan diri dan mendaftar program KIP Kuliah 2024 untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

3. Orang Tua Penjaga Kebun

"Saya Aminah berusia 20 tahun asal Kabupaten Bogor, empat bersaudara dan saya anak pertama. Ayah saya bekerja sebagai penjaga kebun milik orang lain dan penghasilan per bulannya sekitar Rp2,3 juta.

Sementara ibu saya bekerja sebagai tukang urut anak-anak yang penghasilannya tidak menentu. Terkadang dalam satu hari, ibu hanya mendapat Rp50 ribu atau tidak sama sekali.

Kami sekeluarga hanya bertumpu pada penghasilan ayah yang jumlahnya hanya cukup untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari.

Sementara untuk keperluan sekolah saya, adik-adik, dan kebutuhan lainnya masih belum cukup.

Oleh karena itu, saya mengajukan diri sebagai penerima KIP Kuliah 2023 supaya tetap bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan meringankan beban orang tua. Kepada bapak/ibu pihak penyelenggara mohon bantu pertimbangannya. Demikian, terima kasih."

4. Orang Tua Pedagang Ayam

Saya Nur Amanah Putriani berusia 19 tahun asal Kota Ponorogo. Saya merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Ayah saya bekerja sebagai pedagang ayam di pasar dengan penghasilan rata-rata per bulan Rp2,3 juta. Sedangkan ibu, bekerja serabutan sebagai buruh tani yang pendapatan tidak tentu sesuai musim.

Kedua adik saya masih dibangku SMP dan SD. Saya mengajukan diri sebagai penerima KIP Kuliah 2023 supaya tetap bisa supaya bisa kuliah dan beban biaya kuliah bagi ayah saya berkurang sebab tanggungan untuk adik-adik saya sangat banyak.

Saya sangat mengharapkan bantuan KIP Kuliah ini untuk kedepan bisa membantu keluarga saya lebih baik lagi jika saya bisa kuliah dan kerja lebih mapan.

5. Orang Tua Buruh Tani

“Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu, ayah saya bermata pencaharian sebagai seorang buruh tani di lahan milik orang lain.

Penghasilan dari ayah saya tidak pasti setiap bulannya. Sedangkan ibu saya tidak bekerja dan harus mengurus rumah tangga sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti biaya sekolah saya dan adik saya sangat pas-pasan.

Meskipun demikian, keluarga saya tidak menerima manfaat PKH/KIS/KKS dari pemerintah sehingga saya menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa sebagai dokumen pendukung keadaan ekonomi keluarga saya untuk melengkapi data KIP Kuliah."

6. Orang Tua Buruh Pabrik

“Saya merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Ayah saya bekerja sebagai buruh pabrik gula di daerah Garut. Penghasilannya per bulan mencapai Rp2.500.000, itu tidak cukup untuk membiayai perkuliahan saya di PTN/PTKIN yang saya pilih.

Sementara itu, ibu saya hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan tidak memiliki penghasilan sama sekali. Hal ini menyebabkan sumber pemasukan utama keluarga hanya berasal dari ayah.

Terlebih lagi, saat ini adik saya sedang mengemban pendidikan SMA di sekolah swasta yang biaya SPP per bulannya Rp250.000. Oleh sebab itu, saya pun berniat mengajukan diri sebagai penerima KIP Kuliah 2023 agar bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Seandainya tidak diterima, kemungkinan ayah saya akan merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus membiayai perkuliahan saya. Saya berharap diterima, karenanya bisa meringankan beban orang tua dan tetap dapat membantu mereka untuk bisa meluluskan adik saya.”

7. Orang Tua Supir Angkot

“Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ayah saya bekerja sebagai supir angkot dengan penghasilan di bawah UMR tempat saya tinggal.

Sementara ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga. Dengan begitu, hanya ayah yang menjadi tulang punggung keluarga untuk emmbiayai sekolah saya dan adik-adik saya.

Meskipun kami berasal dari keluarga kurang mampu, kami belum mendapatkan PKH/KIS/KKS, sehingga saya menggunakan SKTM sebagai dokumen pendukung keadaan ekonomi untuk melengkapi data KIP kuliah.

Next Post Previous Post