Simak Rekomendasi Saham Pilihan Menjelang Weekend Jumat 5 Juli 2024

(Foto PT Barito Renewables Energy dari baritorenewables.co.id)
Bagai balapan yang saling salip, rotasi di antara saham berkapitalisasi pasar terbesar (top market cap) masih sengit. Saat ini saham big bank tak lagi dominan menguasai jajaran top 10 market cap di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berhasil kembali ke puncak dengan market cap senilai Rp 1.391 triliun hingga Kamis (4/7). Sempat terjun, BREN kembali mendaki setelah terbebas dari Papan Pemantauan Khusus yang memakai skema perdagangan Full Call Auction (FCA).

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membuntuti di posisi runner up dengan market cap Rp 1.199 triliun. Di peringkat ketiga dan keempat, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) saling salip.

(Foto harga Saham BCA melalui laman Google Finansial)

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) anjlok ke rangking lima. Peringkat berikutnya diisi  PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

(Foto harga Saham BRI melalui laman Google Finansial)
Di posisi sembilan merangsek saham dengan harga termahal di BEI, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Peringkat 10 diisi PT Astra International Tbk (ASII). Sementara salah satu big bank, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terlempar dari top 10 market caps.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengamati rotasi top market caps hingga awal semester kedua ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pelemahan saham big bank yakni BBRI dan BBNI serta saham bluechip konvensional lain seperti TLKM dan ASII.

Secara year to date, keempat saham tersebut mengakumulasi penurunan dengan level double digit. Kedua, secara bersamaan sejumlah saham melonjak signifikan seperti TPIA dan DSSA, serta BREN dan AMMN yang tergolong saham anyar.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, rotasi di jajaran top 10 market cap semakin terasa sejak BREN dan AMMN listing pada tahun lalu. Terlepas dari kedua saham itu, rotasi big cap kali ini ikut didorong oleh sentimen ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang masih ketat.

Hal tersebut membuat sejumlah saham terkoreksi, termasuk big cap seperti BBRI, BBNI dan ASII. Apalagi, tekanan juga datang dari pelemahan kurs rupiah dan capital outflow investor asing yang dominan melakukan net sell pada separuh pertama tahun ini.

Valdy mengamini, faktor makro-ekonomi dan kebijakan moneter punya peranan penting terhadap rotasi big cap. Dia mencontohkan BBRI dan BBNI yang memiliki karakteristik lebih riskan terhadap perubahan suku bunga dan nilai tukar.

"Tetapi, dari pengalaman tapering off The Fed dulu, keduanya punya kemampuan memperbaiki atau membalikkan keadaan dalam waktu relatif singkat. Karena memang secara rasio-rasio perbankan, big bank itu relatif solid," kata Valdy kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).

Dampak Terhadap IHSG
Pergerakan saham top 10 market cap ini perlu dicermati lantaran akan menentukan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Audi mengamati, secara kapitalisasi pasar bobot dari top 10 saham ini sangat jumbo hingga menyumbang lebih dari separuh total IHSG. "Sehingga perubahannya sangat memengaruhi arah IHSG," tegas Audi.

Merujuk data statistik BEI, total market cap dari 10 saham terbesar itu mencapai Rp 6.837 triliun. Jumlah itu setara dengan 55,10% dibandingkan total market cap saham di BEI senilai Rp 12.407 triliun.

Dus, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat rotasi saat ini sesuai ekspektasi dan memberikan sinyal positif terhadap IHSG. Ketika ada big cap yang melemah, penguatan di saham big cap lain masih bisa menopang.

"Rotasi yang terjadi sekarang adalah penguatan pada saham-saham big caps," ujar William.

Adapun, IHSG terbang kembali setelah sempat terjun ke level 6.700 di bulan Juni. Saat ini IHSG sedang menuju level psikologis 7.300. Pada perdagangan Kamis (4/7), IHSG menguat 0,34% ke level 7.220,88.

Audi turut melihat penguatan IHSG didorong oleh reboud sejumlah saham big cap. Pelaku pasar tampak mulai mengantisipasi rilis kinerja kuartal II-2024. Selain itu, ada sentimen yang lebih kondusif dari sisi potensi pelonggaran kebijakan moneter yang lebih cepat serta stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Next Post Previous Post