6 Film Semi Jepang Dengan Cerita Menarik, Khusus 20+

6 Film Semi Jepang Dengan Cerita Menarik, Khusus 20+

Menurut informasi dari Putragames, Film semi Jepang adalah jenis film yang menampilkan adegan intim atau seksual secara eksplisit, namun tetap memiliki jalan cerita yang jelas dan alur yang kuat sehingga mudah dipahami penontonnya. Film ini biasanya ditujukan untuk kalangan dewasa (usia 18 tahun ke atas) karena mengandung banyak adegan dewasa yang tidak cocok untuk anak-anak atau remaja.

Film semi Jepang mencakup berbagai genre, mulai dari drama, komedi, romance, hingga horor, dan sering kali mengangkat tema-tema yang lebih kompleks dan mendalam dibandingkan dengan film dewasa biasa. Contoh film semi Jepang yang terkenal antara lain "Norwegian Wood" yang diadaptasi dari novel Haruki Murakami, "First Love" yang menggabungkan genre action dan romance, serta "Kabuchiko Love Hotel" yang berlatar di sebuah love hotel di distrik Kabuchiko.

Secara umum, film semi Jepang bukan hanya menonjolkan adegan seksual, tetapi juga mengedepankan kualitas cerita dan karakter, sehingga dapat dinikmati sebagai tontonan yang lebih bermakna bagi penonton dewasa.

Mengapa film semi Jepang membutuhkan umur 20+ untuk menonton?

6 Film Semi Jepang Dengan Cerita Menarik, Khusus 20+
(Foto oleh 193iKkyu3 dari iStockphoto)
Film semi Jepang membutuhkan batas usia 20+ atau dewasa untuk menonton karena mengandung adegan sensual dan erotis yang eksplisit, yang tidak sesuai untuk penonton di bawah umur. Film-film ini biasanya menampilkan konten dewasa seperti adegan ranjang, hubungan seksual, dan tema psikologis atau sosial yang kompleks yang memerlukan kedewasaan dalam memahami ceritanya.

Selain itu, regulasi di Jepang dan negara lain mengatur ketat konten film semi ini untuk melindungi penonton muda dari pengaruh negatif dan menjaga norma sosial. Sensor dan pembatasan usia diberlakukan agar film tersebut hanya dapat diakses oleh orang yang sudah cukup umur, biasanya 18 atau 20 tahun ke atas, untuk memastikan penonton memiliki kematangan emosional dan intelektual dalam menyikapi konten tersebut.

Secara singkat, alasan utama film semi Jepang diberi batas usia 20+ adalah untuk melindungi penonton muda dari konten dewasa yang potensial berdampak negatif dan untuk mematuhi regulasi sensor yang berlaku baik di Jepang maupun di negara lain. Film ini menggabungkan unsur erotis dengan cerita yang mendalam dan sering kali kontroversial sehingga membutuhkan kedewasaan dalam menontonnya.

Apa alasan utama pembatasan usia untuk menonton film semi Jepang?

6 Film Semi Jepang Dengan Cerita Menarik, Khusus 20+
(Foto oleh 193iKkyu3 dari Twitter/X)
Alasan utama pembatasan usia untuk menonton film semi Jepang adalah karena konten film tersebut mengandung unsur dewasa seperti adegan seksual dan tema yang tidak sesuai untuk penonton di bawah umur. Pembatasan usia ini diterapkan untuk melindungi anak-anak dan remaja dari paparan konten yang berpotensi membahayakan perkembangan psikologis dan moral mereka.

Pembatasan usia juga membantu orang tua dan masyarakat dalam mengontrol tayangan yang boleh diakses oleh anak-anak sesuai dengan tingkat kedewasaan mereka. Misalnya, di Indonesia, pembatasan usia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2014 tentang Lembaga Sensor Film mengatur kategori usia seperti 13+, 17+, dan 21+ untuk memastikan bahwa konten yang mengandung kekerasan, seksual, atau hal-hal lain yang berisiko hanya dapat diakses oleh penonton yang sudah cukup dewasa.

Selain itu, konten film semi Jepang yang sering kali eksplisit dan mengandung unsur erotis dianggap tabu dan bertentangan dengan norma kesusilaan di banyak masyarakat, sehingga pembatasan usia juga berfungsi sebagai upaya menjaga norma sosial dan moral.

6 Film Semi Jepang Dengan Cerita Menarik, Khusus 20+

Berikut adalah 6 film semi Jepang dengan cerita menarik yang khusus untuk penonton 20+:

First Love (2019)
Mengisahkan Leo, petinju jalanan yang jatuh cinta pada Monica, pekerja seks komersial yang terlibat kasus narkoba dan dikejar Yakuza. Cerita penuh ketegangan dan romansa.

Kabukicho Love Hotel (2014)
Berlatar di hotel cinta di distrik Kabukicho, film ini mengeksplorasi moralitas dan perjuangan hidup beberapa pasangan yang terhubung di sana, bukan hanya aspek seksual.

Love Exposure (2008)
Drama komedi yang mengangkat konflik emosional dan dilema moral seorang pemuda Katolik dalam hubungan segitiga penuh ketegangan.

Wet Woman in the Wind (2016)
Kisah mantan dramawan yang pindah ke desa dan bertemu wanita yang menggoda dengan berbagai cara, menampilkan adegan sensual dan cerita yang mendalam.

Tokyo Decadence (1992)
Mengisahkan mahasiswi yang bekerja sebagai PSK dan terlibat dalam proyek film erotis dengan tema BDSM, film ini dikenal dengan nuansa sadomasokisnya.

Call Boy (2018)
Cerita tentang mahasiswa yang bosan dengan hidupnya dan mulai bekerja di bar, lalu menjalin hubungan dengan pemilik bar yang penuh adegan sensual.

Film-film ini menonjolkan cerita yang kompleks dan karakter yang kuat, dengan adegan sensual yang disajikan secara artistik sehingga cocok untuk penonton dewasa 20 tahun ke atas.

Next Post Previous Post