Menurut informasi dari Putragames, Film semi Jepang adalah film yang mengandung unsur adegan intim atau erotis yang ditampilkan secara eksplisit, namun dengan alur cerita yang jelas dan kuat sehingga dapat dimengerti oleh penontonnya. Film ini biasanya diproduksi dengan tema yang beragam dari berbagai genre seperti drama, komedi, romantis, hingga horor, dan khusus ditujukan untuk penonton dewasa (18 tahun ke atas) karena adanya banyak adegan seksual di dalamnya.
Contoh film semi Jepang terkenal termasuk Norwegian Wood, First Love, Kabuchiko Love Hotel, dan Tokyo Decadence. Film semi Jepang biasanya menonjolkan kualitas cerita yang menarik dan akting profesional, sehingga tidak hanya sekadar menampilkan adegan erotis tetapi juga menyuguhkan cerita yang bisa dinikmati secara utuh oleh penonton dewasa.
Mengapa beberapa film Jepang masuk kategori semi bukan dewasa penuh?
Beberapa film Jepang masuk kategori semi, bukan dewasa penuh, karena film semi menampilkan unsur erotis atau adegan intim secara eksplisit, namun tetap memiliki alur cerita yang jelas, tema yang lebih beragam, dan biasanya tidak sepenuhnya vulgar atau eksplisit seperti film dewasa penuh. Film semi lebih mengedepankan narasi dan pengembangan karakter sehingga penonton bisa menikmati kisah yang disajikan selain hanya adegan seksual semata.
Selain itu, film semi disesuaikan untuk penonton dewasa yang lebih dari 18 tahun tetapi tidak sampai pada level konten porno atau vulgar yang biasanya dikaitkan dengan film dewasa penuh (hardcore). Film semi sering kali mengandung adegan seks yang eksplisit tapi dengan batasan tertentu yang tidak sampai menunjukkan segala hal secara vulgar atau tanpa sensor. Dalam banyak kasus, film semi juga menarik bagi penonton yang menginginkan kisah dramatis atau romantis dengan sentuhan erotis, bukan hanya konten seksual murni.
Jadi, perbedaan utama antara film semi dan film dewasa penuh adalah pada tingkat eksplisititas dan fokus cerita—film semi menggabungkan erotisme dengan cerita yang lebih kompleks, sedangkan film dewasa penuh fokus hampir seluruhnya pada adegan seksual eksplisit tanpa narasi yang mendalam.
Apa kriteria sensor yang membedakan film semi dan film dewasa di Jepang?
 |
(Foto oleh am_mone_ dari Twitter/X) |
Kriteria sensor yang membedakan film semi dan film dewasa di Jepang sebagian besar berkaitan dengan aturan ketat mengenai tampilan alat kelamin dan bagian tubuh intim. Di Jepang, produksi film dewasa harus mematuhi peraturan yang diatur dalam pasal 175 UU tentang pornografi, yang mengharuskan semua adegan yang menunjukkan alat kelamin dan rambut kemaluan disensor atau ditutupi. Sensor ini diterapkan secara ketat sebagai bagian dari nilai budaya dan hukum yang sudah ada selama lebih dari 80 tahun.
Film semi biasanya mengandung adegan erotis dan intim tapi tidak secara eksplisit menampilkan alat kelamin, sehingga sensor lebih longgar dibandingkan dengan film dewasa penuh yang harus melalui sensor ketat untuk menutupi bagian-bagian tersebut. Film dewasa penuh biasanya menampilkan adegan yang lebih vulgar dan eksplisit, namun tetap wajib ada sensor mozaik atau blur untuk alat kelamin dan rambut kemaluan sesuai dengan peraturan NEVA (Nihon Ethics of Video Association), lembaga yang mengatur sensor di industri film dewasa Jepang.
Perbedaan inti sensor ini menjadikan film semi bisa menampilkan erotisme tanpa harus sepenuhnya menampilkan konten eksplisit yang diperlihatkan di film dewasa penuh. Jika sensor tidak dilakukan, maka film tersebut akan ilegal dan berisiko terkena sanksi hukum berat termasuk denda dan penjara.
10 Film Semi Jepang yang Menggabungkan Erotisme dan Seni Sinematik
 |
(Foto oleh am_mone_ dari Twitter/X) |
Berikut adalah 10 film semi Jepang yang menggabungkan erotisme dan seni sinematik, terkenal dengan alur cerita yang mendalam dan adegan sensual yang berkelas:
First Love (2019) - Kisah Leo, petinju jalanan, jatuh cinta pada Monica, pekerja seks komersial yang menjadi buronan Yakuza dan polisi.
Kabukicho Love Hotel (2014) - Berlatar di sebuah love hotel di distrik Kabukicho, mengeksplorasi kehidupan berbagai pasangan dan individu.
Love Exposure (2008) - Drama komedi dengan tema horor dan cinta segitiga yang intens.
Wet Woman in the Wind (2016) - Kisah Kosuke dan wanita misterius Shiori dengan nuansa erotis dan sedikit komedi.
Call Boy (2018) - Seorang mahasiswa yang bekerja di bar dan menjalin hubungan sensual dengan pemilik bar.
My Beautiful Tutor (2017) - Drama romantis tentang hubungan asmara pengajar dan murid.
The Glamorous Life of Sachiko Hanai (2003) - Kisah seorang pekerja seks yang mendapatkan kekuatan super setelah dibunuh.
Ambiguous (2003) - Mengangkat isu bunuh diri dan hubungan seksual di kalangan anak muda.
L-DK: Two Loves Under One Roof (2019) - Kisah cinta segitiga remaja yang tinggal bersama secara diam-diam.
Otoko no Isshou (A Man’s Lifetime) - Cerita tentang seorang perempuan muda yang jatuh cinta pada profesor berusia di desa.
Film-film ini menonjolkan perpaduan antara cerita yang kuat dan erotisme yang tidak vulgar, sehingga menjadi tontonan dewasa yang mengedepankan kualitas sinematografi dan keprofesionalan pemain