Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Senin 23 Juni 2025
![]() |
(Foto IHSG melalui laman Google Finansial) |
IHSG pada akhir pekan sebelumnya menunjukkan tekanan melemah dengan potensi koreksi lanjutan. Pada perdagangan Jumat, 20 Juni 2025, IHSG ditutup di level 6.968,64 dengan tren pelemahan yang dipicu oleh sentimen negatif geopolitik dan eksternal, seperti ketegangan Israel-Iran dan keputusan The Fed yang diperkirakan mempertahankan suku bunga.
Secara teknikal, pola double top mengindikasikan potensi penurunan IHSG ke level sekitar 6.882. Oleh karena itu, IHSG pada Senin 23 Juni 2025 diperkirakan masih bergerak tertekan dengan kecenderungan melemah atau sideways dalam rentang support dan resistance terakhir yang tercatat sekitar 6.900-7.000.
Rekomendasi Saham
Berdasarkan rekomendasi dari analis pada pekan sebelumnya, saham-saham yang menarik untuk dicermati atau dipertimbangkan pada kondisi pasar yang melemah antara lain:
📈 PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dengan target harga Rp380–Rp400, didukung oleh sentimen kenaikan harga komoditas minyak bumi. Stop loss di Rp286.
📈 PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) dengan target harga Rp730–Rp780, diperkirakan dapat bergerak bullish jangka pendek meskipun masih koreksi. Stop loss di Rp640.
Saham-saham sektor transportasi, barang baku, dan teknologi perlu diwaspadai karena menjadi pemberat pelemahan IHSG, namun saham seperti 📈 BBTN, JPFA, dan TLKM masih direkomendasikan untuk dipantau.
📈 Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) direkomendasikan sell dengan target Rp490 karena tren melemah dan menembus support penting.
Secara umum, investor disarankan berhati-hati dan memperhatikan level stop loss pada saham pilihan serta memantau perkembangan geopolitik dan kebijakan The Fed yang masih menjadi sentimen utama pasar.
Kesimpulan
Pada Senin, 23 Juni 2025, IHSG diperkirakan masih mengalami tekanan dan berpotensi melemah atau sideways di level sekitar 6.900-7.000. Saham-saham energi seperti ENRG dan ESSA masih menarik untuk dipertimbangkan dengan manajemen risiko yang ketat, sementara saham sektor lain perlu selektif sesuai rekomendasi analis terbaru.