Saham BCA Anjlok Buntut Wacana Mengkaji Ulang Bailout hingga Pengambilalihan Saham 51 Persen oleh Negara
![]() |
(Foto Harga Saham BBCA dari Google Finansial) |
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengalami penurunan tajam seiring dengan munculnya wacana pengambilalihan paksa 51% saham BCA oleh negara. Wacana ini dipicu oleh tuntutan agar pemerintah mengambil alih saham mayoritas BCA, yang berakar dari kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada krisis 1998, di mana pemerintah pernah melepas 51% saham BCA kepada investor asing, konsorsium Farallon.
Dorongan pengambilalihan saham ini datang dari beberapa tokoh, termasuk Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN) dan dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang menilai langkah tersebut penting untuk "menyelamatkan uang negara."
Namun, usulan ini mendapat kritik keras dari berbagai pihak, termasuk ekonom dan pengamat pasar modal, yang menilai bahwa pengambilalihan paksa saham BCA oleh negara akan merusak kepercayaan pasar dan stabilitas sistem keuangan.
Penurunan harga saham BCA terjadi sebagai dampak langsung spekulasi dan ketidakpastian investor. Saham BCA bahkan tercatat turun hingga ke level sekitar Rp 8.700–8.775 per saham setelah isu ini mencuat.
Beberapa kritik utama terhadap wacana ini adalah:
- Membunuh kepercayaan pasar karena menandakan bahwa hak kepemilikan bisa diambil alih secara paksa oleh negara kapan saja, yang berpotensi membuat modal asing kabur dan pasar modal kolaps.
- Menginjak-injak prinsip kedaulatan hukum dan rule of law.
- Merugikan jutaan pemegang saham termasuk masyarakat yang memiliki saham melalui berbagai instrumen investasi.
- Risiko besar bagi negara dalam mengelola bank sekelas BCA yang kompleks, berpotensi menyebabkan inefisiensi dan kerugian keuangan negara.
- Menghentikan inovasi perbankan yang selama ini menjadi keunggulan BCA sebagai pionir digital banking di Indonesia.
- Mengancam stabilitas sistem perbankan nasional karena BCA adalah bank sistemik dengan peran penting dalam sistem pembayaran dan kredit nasional.
Dengan kondisi seperti itu, para ekonom dan analis pasar menyarankan agar pemerintah tidak melakukan pengambilalihan saham tersebut dan lebih fokus pada program-program lain yang lebih tepat guna untuk meningkatkan penerimaan negara dan stabilitas ekonomi.
Secara ringkas, penurunan saham BCA saat ini karena kekhawatiran dan ketidakpastian di pasar akibat wacana revisi bailout dan pengambilalihan 51% saham BCA oleh negara yang dianggap berisiko merusak kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi nasional.