Kurs Dolar-Rupiah Hari Ini, Bank BCA, Selasa 9 September 2025, Dolar pada Rupiah Senilai Rp 16.480
![]() |
(Foto Kurs Dolar-Rupiah dari Bank BCA) |
Kurs Dolar-Rupiah hari ini, Selasa 9 September 2025, di Bank BCA tercatat sekitar Rp16.480 per dolar AS. Nilai tukar ini menunjukkan kondisi pasar yang cukup fluktuatif akibat pengaruh berbagai faktor domestik dan global yang saling berkaitan. Kurs tersebut biasanya sedikit berbeda untuk transaksi jual dan beli dengan rentang di sekitar Rp16.480 sampai Rp16.515 per dolar AS di Bank BCA.
Situasi Kurs Rupiah Hari Ini
Pada perdagangan hari ini, rupiah mulai menunjukkan pelemahan dibandingkan dengan penutupan kemarin yang sempat menguat di angka Rp16.310. Pelemahan ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar akibat reshuffle kabinet Indonesia dan penggantian Menteri Keuangan. Hal ini memicu kekhawatiran investor akan stabilitas fiskal yang berpotensi mempengaruhi aliran modal asing keluar dari pasar domestik. Selain itu, data tenaga kerja Amerika Serikat yang menunjukkan pelemahan juga turut menjadi sentimen yang memengaruhi nilai tukar rupiah dan dolar AS hari ini.
Faktor-faktor Pengaruh Nilai Tukar Rupiah 2025
Kebijakan Moneter The Fed dan Perbedaan Suku Bunga: The Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tinggi di kisaran 5,25%–5,50% sepanjang awal 2025, sehingga instrumen keuangan dolar AS menjadi sangat menarik bagi investor global. Hal ini menyebabkan aliran modal keluar dari negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga memperbesar permintaan dolar dan menekan rupiah.
Geopolitik dan Ketegangan Global: Ketidakpastian geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah dan persaingan dagang AS-China, menciptakan risiko global yang mendorong investor mencari aset safe haven seperti dolar AS. Kondisi ini memperkuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Defisit Neraca Perdagangan dan Fiskal Domestik: Pada kuartal I 2025, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sekitar USD 3,2 miliar, terutama akibat tingginya impor energi seiring kenaikan harga minyak dunia hingga mendekati USD 95 per barel. Defisit APBN juga melebar hingga Rp104,2 triliun atau sekitar 0,43% dari PDB, mengurangi ruang fiskal dan memicu kekhawatiran investor atas risiko fiskal.
Ketidakstabilan Politik dan Kebijakan Fiskal: Pasca pemilu 2024 dan pembentukan kabinet baru, pemerintah mengeluarkan berbagai program sosial yang memperlebar defisit fiskal dan menurunkan minat investor asing, menambah tekanan pada rupiah.
Pengaruh Harga Komoditas dan Inflasi Impor: Lonjakan harga impor, terutama bahan bakar minyak dan bahan baku industri, meningkatkan biaya produksi dan inflasi, yang pada gilirannya melemahkan rupiah lebih lanjut.
Intervensi dan Upaya Stabilitas
Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas, termasuk melalui pasar offshore Non-Deliverable Forward (NDF), untuk menahan volatilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, kebijakan konversi devisa hasil ekspor juga mendukung stabilitas rupiah. Pada triwulan II 2025, rupiah menunjukkan kecenderungan penguatan dengan nilai tukar stabil di kisaran Rp16.235 sampai Rp16.315 per dolar AS berkat intervensi BI dan aliran modal asing yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN).
Kesimpulan
Nilai tukar Rp16.480 hari ini menunjukkan respons pasar terhadap kombinasi faktor eksternal berupa kebijakan moneter global, ketegangan geopolitik, dan faktor domestik seperti defisit perdagangan dan fiskal, serta dinamika politik nasional. Meskipun rupiah mengalami tekanan, upaya stabilisasi oleh Bank Indonesia membantu meredam volatilitas yang berlebihan. Kondisi ini diperkirakan akan terus bergerak dinamis seiring perkembangan geopolitik, kebijakan moneter global, dan kebijakan fiskal Indonesia ke depan.