Danantara Siapkan Rp 20 Triliun buat Bikin Peternakan Ayam
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah mempersiapkan investasi besar sebesar Rp 20 triliun untuk pembangunan peternakan ayam terintegrasi di seluruh Indonesia, yang direncanakan mulai dibangun pada Januari 2026.
Investasi ini merupakan langkah strategis untuk mendukung program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan memastikan pasokan daging ayam dan telur yang stabil dan mencukupi, serta menghindari potensi kekurangan pasokan (shortage) di berbagai wilayah. Rencana ini akan segera dipaparkan secara resmi kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu dekat sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan nasional.
Proyek peternakan ayam ini akan membangun fasilitas peternakan ayam pedaging dan petelur yang terintegrasi, melibatkan sinergi antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di hulu serta peternak kecil di hilir, sehingga membentuk ekosistem peternakan yang kuat dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Danantara berperan sebagai penyedia dana dan pengelola pendanaan, sementara Kementerian Pertanian mengoordinasikan pelaksanaan teknisnya. Proses pra-feasibility study atau studi kelayakan teknis dan ekonomi sedang dilakukan untuk mempercepat pembangunan dan memastikan proyek sesuai dengan kebutuhan kondisi pasar.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pembangunan akan difokuskan di titik-titik wilayah yang mengalami kekurangan pasokan ayam dan telur, sebagai langkah menyeimbangkan distribusi protein hewani di nusantara.
Proyek ini tidak hanya bertujuan menambah kapasitas produksi nasional, tetapi juga menekan harga ayam dan telur agar tetap stabil sehingga bisa diakses oleh masyarakat luas. Sistem peternakan yang terintegrasi juga diharapkan bisa meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi, serta mengangkat kesejahteraan peternak lokal melalui keterlibatan aktif dalam rantai nilai yang terorganisasi dengan baik.
Kondisi ini penting mengingat distribusi ayam dan telur di Indonesia kerap menghadapi kendala logistik dan kesenjangan regional, dimana biaya logistik bisa mencapai 30% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, pemilihan lokasi peternakan akan didasarkan pada analisis kebutuhan daerah dan akses pasar agar investasi Rp 20 triliun ini memberikan dampak maksimal.
Keberhasilan proyek ini juga sangat ditentukan oleh dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah, korporasi, dan masyarakat peternak, sehingga langkah ini diharapkan dapat menjadi fondasi untuk kemandirian dan ketahanan pangan Indonesia berbasis protein hewani.

