Kripto Global Diprediksi Masuki Fase Konsolidasi, Peluang dan Risiko Mengiringi hingga Akhir 2025
Perdagangan aset kripto global diprediksi akan memasuki fase konsolidasi hingga akhir tahun 2025, menurut CEO Tokocrypto Calvin Kizana. Fase ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang mendorong sikap wait and see para pelaku pasar. Bitcoin turun 8%, misalnya, mengalami pelemahan tajam di angka sekitar $84.500 pada pertengahan November 2025, dipicu oleh kekhawatiran penundaan pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed).
Baca Juga: Harga Kripto Hari Ini, Minggu 23 November 2025, Harga Bitcoin dan Solana di $84.352
Volatilitas pasar global yang tinggi turut memberikan dampak pada pasar domestik Indonesia, meskipun pasar kripto Indonesia menunjukkan ketahanan yang lebih baik. Menariknya, walaupun nilai transaksi di pasar kripto Indonesia turun sekitar 13,77 persen pada Januari-Oktober 2025 dibanding tahun sebelumnya, jumlah pengguna kripto justru meningkat menjadi 18,61 juta pada September 2025. Hal ini menunjukkan kepercayaan dan minat masyarakat terhadap aset digital tetap terjaga meski pasar sedang cooling down.
Investor lokal saat ini memilih langkah hati-hati dengan menambah portofolio secara bertahap, bukan keluar dari pasar. Indikator on-chain, adopsi pengguna, dan aktivitas pengembang masih stabil, menandakan pasar lebih dalam kondisi pendinginan ketimbang pembalikan tren besar.
Pemerintah Indonesia juga memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas pasar melalui kebijakan perpajakan, implementasi bursa aset kripto tambahan, serta program edukasi publik. Upaya ini diyakini akan memperkuat ekosistem aset digital Indonesia.
Melihat ke depan, pasar kripto global berpotensi bergerak lebih terarah di 2026, dengan skenario pemulihan bersandar pada membaiknya kondisi makro seperti potensi penurunan suku bunga global, meningkatnya minat risiko, dan masuknya likuiditas baru. Siklus pasca-halving Bitcoin yang terjadi setiap empat tahun juga menjadi faktor fundamental yang dapat mendorong penguatan harga.
Meski ada potensi tersebut, risiko tetap ada jika tekanan makro ekonomi berlanjut sehingga pasar berpeluang bergerak sideways dalam jangka waktu lebih panjang. Investor diharapkan tetap waspada, melakukan analisis mendalam, dan memahami risiko yang ada.

