Renungan Harian Katolik Minggu 10 Maret 2024 dan Bacaannya: Rendah Hati
(Foto oleh rudi_suardi dari iStockphoto) |
Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk memperdalam hubungannya dengan Tuhan. Renungan harian Katolik tersebut biasanya disertai dengan bacaan dan doa.
Berdasarkan kalender liturgi, hari ini Minggu 10 Maret 2024 merupakan hari Minggu masa Prapaskah pekan IV; dengan orang kudus Santo Yohanes, Biarawan; dan warna liturgi ungu.
Mengangkat tema tentang rendah hati, mari simak renungan harian Katolik Minggu 10 Maret 2024 berikut ini yang dihimpun dari buku Inspirasi Pagi oleh Gaudensia Sihaloho KSSY lengkap dengan bacaan dan doanya.
Renungan Harian Katolik Hari Ini 10 Maret 2024
Bacaan Hari Ini
2 Tawarikh 36:14-16,19-23
- Juga semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem itu dinajiskan mereka.
- Namun Tuhan, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya.
- Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.
- Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah.
- Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa.
- Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun.
- Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini:
- "Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Tuhan, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!"
Mazmur 137:1-2,3,4-5,6
- Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
- Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
- Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
- Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing?
- Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
- Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Efesus 2:4-10
- Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
- Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita?oleh kasih karunia kamu diselamatkan?
- Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
- Supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
- Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
- Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
- Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Yohanes 3:14-21
- Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
- Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
- Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
- Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
- Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
- Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
- Tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
BcO Imamat 8:1-17; 9:22-24
- Tuhan berfirman kepada Musa:
- "Panggillah Harun dan anak-anaknya bersama-sama dengan dia, dan ambillah pakaian-pakaian, minyak urapan, dan lembu jantan korban penghapus dosa, dua domba jantan dan bakul berisi roti yang tidak beragi,
- Lalu suruhlah berkumpul segenap umat ke depan pintu Kemah Pertemuan."
- Musa melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya, lalu berkumpullah umat itu di depan Kemah Pertemuan.
- Berkatalah Musa kepada umat itu: "Inilah firman yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan."
- Lalu Musa menyuruh Harun dan anak-anaknya mendekat, dan dibasuhnyalah mereka dengan air.
- Sesudah itu dikenakannyalah kemeja kepadanya, diikatkannya ikat pinggang, dikenakannya gamis, dikenakannya baju efod, diikatkannya sabuk baju efod dan dikebatkannya sabuk itu kepadanya.
- Dikenakannyalah tutup dada kepadanya dan dibubuhnya di dalam tutup dada itu Urim dan Tumim.
- Kemudian ditaruhnyalah serban di kepalanya, dan di atas serban itu di sebelah depan ditaruhnyalah patam emas, yakni jamang yang kudus, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.
- Musa mengambil minyak urapan, lalu diurapinyalah Kemah Suci serta segala yang ada di dalamnya dan dikuduskannya semuanya itu.
- Dipercikkannyalah sedikit dari minyak itu ke mezbah tujuh kali dan diurapinya mezbah itu serta segala perkakasnya, dan juga bejana pembasuhan serta alasnya untuk menguduskannya.
- Kemudian dituangkannya sedikit dari minyak urapan itu ke atas kepala Harun dan diurapinyalah dia untuk menguduskannya.
- Musa menyuruh anak-anak Harun mendekat, lalu dikenakannyalah kemeja kepada mereka, diikatkannya ikat pinggang dan dililitkannya destar, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.
- Disuruhnyalah membawa lembu jantan korban penghapus dosa, lalu Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala lembu jantan korban penghapus dosa itu.
- Lembu itu disembelih, lalu Musa mengambil darahnya, kemudian dengan jarinya dibubuhnyalah darah itu pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya, dan dengan demikian disucikannyalah mezbah itu dari dosa; darah selebihnya dituangkannya pada bagian bawah mezbah. Dengan demikian dikuduskannya mezbah itu dan diadakannya pendamaian baginya.
- Diambillah segala lemak yang melekat pada isi perut, umbai hati, kedua buah pinggang serta lemaknya, lalu Musa membakarnya di atas mezbah.
- Tetapi lembu jantan itu dengan kulit, daging dan kotorannya dibakarnya habis di luar perkemahan, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.
- Harun mengangkat kedua tangannya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka, kemudian turunlah ia, setelah mempersembahkan korban penghapus dosa, korban bakaran dan korban keselamatan.
- Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan Tuhan kepada segenap bangsa itu.
- Dan keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.
Renungan Hari Ini
Dipuji memang menyenangkan, sebab menempatkan kita pada posisi lebih tinggi daripada yang lain. Dengan itu, kita akan menjadi pusat perhatian.
Sebaliknya, kita pasti akan kesal, kecewa, dan marah ketika direndahkan atau ditempatkan pada posisi yang salah. Kiranya itulah kecenderungan manusiawi kita, yakni suka dipuji. Adakah yang salah dengan itu? Sebenarnya tidak.
Pujian adalah sesuatu yang baik, apalagi kalau benar dan tidak mengada-ada. Yang dapat membawa kita pada kesalahan adalah ketika pujian membuat kita menjadi besar kepala, sombong, menganggap diri paling benar, paling hebat, menempatkan diri sebagai pusat, dan memandang rendah orang lain.
Hari ini Yesus mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati. Jangan menempatkan diri kita sebagai pusat, sebab pusat segala sesuatu adalah Allah.
Ajaran-Nya ini disajikan dalam bentuk perumpamaan yang menampilkan seorang Farisi dan seorang pemungut cukai yang sama-sama berdoa di Bait Allah. Mari kita melihat perbedaan sikap antara orang Farisi dan pemungut cukai tersebut.
Orang Farisi itu berbangga hati karena telah melakukan perintah Taurat dan tidak melakukan yang jahat. Dia bersyukur karena telah melakukan banyak kebaikan, tetapi dengan itu, dia menjadikan dirinya sebagai pusat, bukan Allah.
Sambil memuji dirinya sendiri, dia bahkan mencela dan merendahkan orang lain yang tidak sebaik dirinya. Sementara itu, si pemungut cukai menyadari kerendahan dan dosa-dosanya di hadapan Allah Ia berdiri jauh-jauh, bahkan tidak berani menengadah ke langit.
Dia memukul-mukul dirinya dan memohon pengampunan dari Tuhan. Orang ini menempatkan Allah sebagai pusat, sebagai pihak yang dapat memberikan pengampunan atas kerapuhan dirinya.
Melalui perumpamaan ini, Yesus menekankan bahwa setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan, dan yang merendahkan diri akan ditinggikan. Ini memberi pesan kepada kita bahwa nilai yang diperhatikan dan dihargai oleh Tuhan adalah kerendahan hati.
Dengan bersikap rendah hati berarti kita mengakui ketergantungan kita pada Allah dan sadar akan keadaan diri kita yang penuh dosa. Sikap rendah hati akan membuka pintu belas kasihan dan karunia Tuhan. Dengan bersikap rendah hati berarti kita juga menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan kita.
Marilah kita merefleksikan sikap dan perilaku kita sehari hari: Apakah ketaatan kita pada aturan-aturan Gereja dan kerajinan kita dalam mengikuti kegiatan-kegiatan Gereja justru membuat kita menjadi sombong seperti orang Farisi itu? Bersediakan kita bersikap rendah hati seperti pemungut cukai itu?
Doa Penutup
Allah yang Maha Tinggi, Putra-Mu Yesus telah memberikan teladan kerendahan hati yang tiada tara. Berilah kami semangat Yesus sendiri, agar dengan rendah hati kami menganggap orang lain lebih utama daripada kami sendiri.
Bebaskanlah kami dari kesombongan, dan berilah kami ketabahan kalau karena nama-Mu kami direndahkan. Nama-Mu yang kudus kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.
Demikian renungan harian Katolik hari ini, Minggu 10 Maret 2024 dengan bacaannya. Semoga berkat Tuhan senantiasa menyertai keseharian kita. Amin.