Apa Itu Kemarau Basah dan Bagaimana Prediksi BMKG di 2025?
![]() |
(Apa Itu Kemarau Basah dan Bagaimana Prediksi BMKG di 2025) |
Selain La Nina, faktor lain yang memengaruhi kemarau basah adalah suhu muka laut yang lebih hangat, angin monsun yang tetap aktif, serta fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Dinamika atmosfer seperti sirkulasi siklonik, Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin dan Rossby juga turut berkontribusi pada terbentuknya awan hujan selama musim kemarau.
Prediksi BMKG untuk Kemarau Basah di 2025
✅ BMKG memprediksi bahwa pada musim kemarau 2025, sekitar 26 persen wilayah Indonesia atau 185 Zona Musim (ZOM) akan mengalami kemarau basah dengan curah hujan di atas normal.
✅ Wilayah yang diperkirakan mengalami kemarau basah meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah.
✅ Kemarau basah diperkirakan berlangsung dari Juni hingga Agustus 2025 dan akan meluas ke lebih banyak wilayah sepanjang musim kemarau, dengan 56,54% wilayah lebih basah pada Juni, 75,3% pada Juli, dan 84,94% pada Agustus.
✅ Musim kemarau 2025 diprediksi lebih singkat dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun curah hujan tetap tinggi di beberapa daerah.
Fenomena kemarau basah ini berdampak pada sektor pertanian, sumber daya air, dan potensi bencana seperti banjir lokal akibat curah hujan yang datang di luar musim normal. BMKG juga mengingatkan perlunya penyesuaian jadwal tanam dan pengelolaan air yang optimal untuk menghadapi kondisi ini.
Singkatnya, kemarau basah adalah musim kemarau dengan curah hujan yang tidak biasa tinggi, dipengaruhi oleh La Nina dan dinamika atmosfer lainnya, dan BMKG memprediksi fenomena ini akan terjadi secara signifikan di Indonesia selama musim kemarau 2025, terutama dari Juni hingga Agustus.