BRIN Ungkap Penyebab Banyak Startup Gagal
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap beberapa penyebab utama banyak startup di Indonesia mengalami kegagalan. Pertama, produk atau layanan yang dikembangkan oleh startup sering tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak ada kesesuaian antara inovasi yang dihasilkan dengan permintaan pasar.
Hal ini menyebabkan kegagalan pemasaran atau "no marketing" sebagai alasan utama bangkrutnya startup. Kedua, riset yang dilakukan oleh startup sering terjebak di tahap pengembangan teknologi atau model tanpa langsung menghasilkan manfaat keekonomian.
Startup juga kerap mengalami kekurangan dukungan berupa pendanaan dan regulasi dari pemegang kebijakan, yang berdampak negatif terhadap ekosistem riset dan inovasi. Kondisi ini membuat banyak startup gagal bertransformasi dari tahap riset menjadi bisnis yang berkelanjutan. BRIN juga menekankan pentingnya peran Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) dalam menjembatani riset lokal dengan kebijakan nasional untuk memperbaiki keberhasilan startup.
Selain itu, faktor-faktor lain yang menyebabkan kegagalan startup secara umum termasuk kurangnya pemahaman pasar dan kebutuhan konsumen, pertumbuhan yang terlalu cepat tanpa kesiapan yang matang, keterbatasan pendanaan dan tim yang tidak memadai, serta ambisi yang terlalu besar sehingga mengambil risiko yang gagal dipenuhi. Startup yang tidak melakukan riset pasar secara komprehensif, gagal beradaptasi dengan perubahan pasar, dan tidak mampu menjaga kualitas produk saat menghadapi pertumbuhan cepat, juga berisiko gagal.
Dengan demikian, kegagalan startup umumnya disebabkan oleh kurangnya kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar, kurangnya dukungan pendanaan dan regulasi, serta masalah manajemen pertumbuhan dan tim, yang semuanya perlu diantisipasi sejak awal oleh para pendiri dan pemangku kebijakan.

