Banjir Aceh Utara: Listrik Mati, Ribuan Orang Mengungsi, Jembatan Putus
Banjir melanda Aceh Utara sejak pekan lalu akibat hujan deras berturut-turut selama beberapa hari yang menyebabkan sungai meluap. Banjir ini telah merendam delapan kecamatan dengan ketinggian air mencapai 40 sentimeter hingga satu meter. Dampaknya sangat serius, ribuan warga terdampak dan ratusan di antaranya mengungsi ke tempat yang lebih aman karena rumah mereka terendam air.
Listrik Mati dan Akses Terputus
Akibat banjir, sejumlah fasilitas vital mendapati gangguan, salah satunya adalah padamnya jaringan listrik di beberapa titik terdampak. Selain itu, beberapa jembatan yang menghubungkan antar desa dan kecamatan putus atau rusak berat sehingga akses transportasi dan distribusi bantuan menjadi tertahan. Kondisi ini mempersulit evakuasi dan penyaluran logistik bantuan.
Ribuan Warga Mengungsi
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, hingga 24 November 2025 tercatat sekitar 4.147 jiwa terdampak banjir di daerah ini, dengan lebih dari 1.700 jiwa mengungsi ke sejumlah titik pengungsian, seperti meunasah dan balai desa. Pemerintah daerah dan tim relawan terus melakukan evakuasi dan membuka posko bantuan agar kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, anak-anak, dan lansia.
Kerusakan Infrastruktur dan Dampak Pertanian
Selain rumah warga, ratusan hektare sawah, tambak, perkantoran, hingga fasilitas publik ikut terendam. Abrasi tebing dan rusaknya sarana jalan mengakibatkan akses ke beberapa wilayah menjadi sulit dan berpotensi memperparah kondisi korban. Pemerintah Aceh Utara telah menetapkan status siaga darurat banjir selama 54 hari untuk mengantisipasi dan mempercepat penanganan bencana ini.
Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan kemungkinan luapan susulan. Koordinasi antar instansi pemerintah dan bantuan dari berbagai pihak diharapkan dapat meringankan beban warga terdampak dan mempercepat pemulihan pasca-banjir.

