Dampak Ketegangan Jepang-China, Restoran Seafood Terpuruk
Ketegangan diplomatik antara Jepang dan China yang memuncak pada akhir 2025 telah membawa dampak signifikan bagi sektor restoran seafood, khususnya restoran Jepang di China. Salah satu korban terbaru adalah Takashi Ito, pemilik restoran Merase di Shanghai yang mengkhawatirkan nasib bisnisnya.
Larangan impor seafood Jepang yang diperketat oleh Beijing setelah pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi terkait potensi respons militer terhadap serangan China ke Taiwan telah membuat banyak pelanggan membatalkan reservasi tanpa penjelasan jelas, sehingga bisnis restoran tersebut anjlok drastis.
Larangan impor seafood Jepang ini adalah respons Beijing terhadap pernyataan politik Tokyo dan melibatkan boikot ekspor makanan laut Jepang. Kebijakan ini memberikan pukulan serius pada industri makanan laut Jepang, yang sebelumnya telah mengalami pembatasan impor sejak 2023 terkait isu limbah dari Pembangkit Nuklir Fukushima.
China merupakan pasar utama bagi produk seafood Jepang, menyumbang lebih dari 20% dari total ekspor makanan laut Jepang. Akibat larangan ini, restoran yang bergantung pada bahan baku asli Jepang menghadapi kesulitan besar untuk beroperasi walaupun ada upaya mengandalkan bahan lokal karena beberapa jenis ikan penting hanya tersedia dari Jepang.
Dampak lain yang dirasakan adalah menurunnya pariwisata China ke Jepang yang juga berimbas pada sektor restoran dan bisnis terkait.
Beijing bahkan memberlakukan larangan perjalanan ke Jepang sebagai bagian dari sanksi ekonomi yang memperdalam tekanan terhadap perekonomian Jepang. Ketegangan ini mengguncang sektor vital ekonomi Jepang, di mana ekspor seafood dan pariwisata menjadi "sendi-sendi" penting, sehingga seluruh ekosistem bisnis mengalami tekanan finansial yang cukup besar dan berkelanjutan jika konflik berlanjut.

