Saham BBCA Kian Murah, Analis Sepakat: Saat Tepat untuk Koleksi Saham Perbankan Unggulan

Saham BBCA Kian Murah, Analis Sepakat: Saat Tepat untuk Koleksi Saham Perbankan Unggulan

Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus mengalami koreksi signifikan sepanjang tahun 2025. Sepanjang tahun ini, harga saham BBCA telah merosot sekitar 24,28% dari posisi Rp9.675 pada akhir 2024 menjadi sekitar Rp7.325 per saham pada pertengahan Oktober 2025.

Harga tersebut merupakan level terendah dalam tiga tahun terakhir, mencerminkan sentimen pasar yang melemah pada saham unggulan perbankan ini. Namun, kondisi ini justru membuka peluang menarik bagi investor yang ingin mengoleksi saham perbankan berkualitas tinggi seperti BBCA.

Baca Juga: 10 Alasan Membeli Saham BCA Sebagai Investor Pemula

Para analis konsensus dari berbagai lembaga merekomendasikan untuk membeli saham BBCA pada harga saat ini. Dari 35 analis yang mengulas saham BBCA, sebanyak 33 memberikan rekomendasi beli, sementara 2 analis menyarankan hold. Target harga yang diberikan oleh beberapa analis ternama berkisar antara Rp9.900 hingga Rp12.000 per saham, jauh di atas harga pasar saat ini. 

Saham BBCA Kian Murah, Analis Sepakat: Saat Tepat untuk Koleksi Saham Perbankan Unggulan
(Foto Harga Saham BCA dari Google Finansial)
Misalnya, analis dari UOB Kay Hian, Maybank Investment, dan DBS Bank memberikan target harga masing-masing Rp10.500, Rp11.675, dan Rp12.000 per saham. Rekomendasi serupa juga datang dari Macquarie, CGS International, dan BRI Danareksa Sekuritas, yang menilai sektor perbankan tetap menarik terutama didorong oleh perbaikan likuiditas dan cost of fund (CoF) yang mulai membaik.

Salah satu faktor utama yang membuat BBCA menarik adalah valuasi saham yang kini lebih murah dengan price to book value (PBV) sekitar 3,45 kali, serta price to earnings ratio (PER) sekitar 15,86 kali yang masih wajar untuk saham bank unggulan. 

Selain itu, BBCA memiliki kualitas aset yang kuat, biaya modal (CoC) terendah di sekitar 0,5%, jaringan CASA (Current Account Saving Account) terbesar, dan tingkat return on equity (ROE) tertinggi di industri perbankan Indonesia. Keunggulan ini mendukung prospek pertumbuhan laba yang solid dan stabil.

Kebijakan moneter terbaru yang menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin juga menjadi katalis positif untuk pertumbuhan kredit, khususnya di segmen korporasi dan UMKM. Hal ini berdampak positif pada margin bunga bersih (NIM) dan pendapatan bank secara umum. Meski ada risiko seperti pelemahan nilai tukar rupiah dan potensi kenaikan suku bunga deposito valas, secara keseluruhan prospek BBCA dipandang tetap kuat.

Para analis sepakat bahwa di tengah sentimen pasar yang melemah dan harga saham yang turun, saat ini merupakan momentum tepat bagi investor untuk mulai mengoleksi saham BBCA sebagai saham perbankan unggulan dengan potensi pengembalian yang menarik dalam jangka menengah hingga panjang.
Next Post Previous Post