Cabai Merah Terus Naik Tajam: Dampak Cuaca Buruk Bikin Sembako Ikut Mahal
Jakarta, 16 Desember 2025 – Harga cabai merah terus melambung tinggi di berbagai pasar tradisional dan modern di Indonesia. Lonjakan ini bukan sekadar isu musiman, melainkan dampak langsung dari cuaca ekstrem yang melanda sepanjang tahun. Banjir di Jawa Tengah, kekeringan di Nusa Tenggara, hingga hujan deras tak kunjung reda di Sumatera membuat pasokan cabai terganggu parah, dan kini merembet ke harga sembako lainnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per 15 Desember 2025, harga cabai merah di DKI Jakarta mencapai Rp 80.000–Rp 100.000 per kilogram, naik 40% dari bulan lalu. Di pasar induk Kramat Jati, harga cabai rawit bahkan menyentuh Rp 120.000/kg. Kenaikan ini memicu efek domino: bawang merah naik 15% menjadi Rp 45.000/kg, tomat Rp 25.000/kg, dan cabai hijau Rp 60.000/kg. Inflasi bahan pokok (sembako) nasional pun terdongkrak hingga 0,8% bulan ini, melebihi target Bank Indonesia.
Cuaca Ekstrem, Penjahat Utama di Balik Krisis Pasokan
Cuaca buruk menjadi biang kerok utama. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa La NiƱa yang berkepanjangan menyebabkan pola hujan tidak menentu. Di Jawa Barat dan Jawa Tengah, lahan tanam cabai terendam banjir selama dua bulan, menghancurkan hingga 30% hasil panen. Sementara di Jawa Timur dan NTB, kekeringan ekstrem membuat irigasi gagal, dengan produksi cabai turun 25% dibanding tahun lalu.
Petani di Karawang, Jawa Barat, seperti yang ditemui tim redaksi, mengeluh biaya produksi melonjak. "Pupuk dan pestisida mahal, ditambah air susah didapat. Panen telat dua minggu, harga beli di tingkat petani malah turun," ujar Pak Suryono, petani cabai berusia 52 tahun. Data Kementerian Pertanian menunjukkan pasokan cabai nasional defisit 15.000 ton per bulan, memaksa impor darurat dari India dan Vietnam—yang ironisnya juga terdampak cuaca serupa.
Sembako Lain Terancam, Inflasi Rumah Tangga Mengintai
Kenaikan cabai tak berdiri sendiri. Harga beras medium naik 5% menjadi Rp 13.500/kg di pasar induk Cipinang, minyak goreng Rp 15.000/liter, dan gula pasir Rp 16.000/kg. Analis pasar dari Indef, Esther Sri Agung, memperingatkan: "Jika cuaca tak membaik hingga Januari 2026, inflasi sembako bisa tembus 2%, memukul daya beli masyarakat kelas menengah bawah."
Rumah tangga urban seperti di Jakarta dan Bandung paling terpukul. Seorang ibu rumah tangga di Tanah Abang mengaku anggaran belanja bulanan membengkak Rp 500.000. Pemerintah melalui Bulog sudah intervensi dengan operasi pasar murah, tapi analis menilai solusi jangka panjang seperti perluasan gudang silase dan varietas cabai tahan cuaca lebih krusial.
Solusi dan Harapan ke Depan
Kementerian Pertanian berencana tambah bibit cabai unggul tahan banjir di 10 provinsi rawan. BMKG prediksi hujan mulai mereda akhir Desember, potensial stabilkan harga Januari mendatang. Sementara itu, masyarakat disarankan:
Beli cabai dalam jumlah sedang untuk hindari pembusukan.
Pilih alternatif seperti cabai bubuk atau keripik cabai impor sementara.
Pantau aplikasi Harga Rata-Rata Tertimbang (HRT) BPS untuk harga terbaik.
Harga cabai dan sembako memang sensitif terhadap cuaca, tapi ketahanan pangan nasional harus jadi prioritas. Pantau terus update BPS dan BMKG agar tak kaget dengan fluktuasi pasar.

