Harga Minyak Dunia Melonjak Usai AS Sita Kapal Tanker Venezuela
Harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan setelah Amerika Serikat (AS) menyita kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela, memicu kekhawatiran gangguan pasokan global.
Pada 10-11 Desember 2025, AS mengambil alih kapal tanker yang diduga membawa minyak mentah Venezuela, eskalasi dari sanksi yang lebih ketat terhadap rezim Maduro. Langkah ini memicu kenaikan harga minyak Brent sebesar 0,4 persen menjadi US$62,48 per barel dan West Texas Intermediate (WTI) naik 0,6 persen ke US$58,79 per barel pada awal perdagangan Kamis waktu GMT. Sebelumnya, harga sempat amblas ke US$61,94 untuk Brent akibat ekspektasi damai Rusia-Ukraina, tapi penyitaan tanker membalikkan tren tersebut.
Faktor Pendorong Kenaikan
Gejolak geopolitik di Venezuela menambah risiko pasokan, di tengah lonjakan ekspor minyak Rusia dan Iran yang dikenai sanksi, membuat pembeli Asia menuntut diskon besar untuk minyak Amerika Selatan. Analis Sycamore memproyeksikan harga bertahan di atas US$55 per barel hingga akhir 2025, kecuali kemajuan damai Ukraina. Keputusan The Fed memangkas suku bunga ke 3,5-3,75 persen juga mendukung, karena pelonggaran moneter AS merangsang permintaan energi global.
Dampak ke Ekonomi Global dan Indonesia
Lonjakan ini menguatkan dolar AS sementara menekan mata uang emerging markets, termasuk rupiah yang berpotensi melemah ke Rp16.000-USD. Di Indonesia, harga BBM non-subsidi seperti Pertalite bisa naik Rp500-1.000 per liter jika tren berlanjut, sementara ekspor CPO dan batubara mendapat angin segar dari permintaan energi yang pulih. OPEC+ kemungkinan mempertahankan pemotongan produksi 2,2 juta barel per hari untuk stabilisasi.
Pasar memperkirakan Brent bisa tembus US$65 per barel jika penyitaan tanker berlanjut atau ketegangan Karibia memanas dengan kehadiran militer AS. Namun, surplus produksi Irak dan potensi kesepakatan damai Rusia-Ukraina berisiko menekan harga kembali; pedagang sarankan diversifikasi portofolio energi.

